5 Tradisi Paling Brutal yang Dilakukan Pria Agar di Cap Jantan - Dicap sebagai pria jantan adalah sebuah harga mati bagi pria.
Sebab, pria memiliki ego yang lebih besar daripada wanita, dan pria
tentunya tidak mau dipandang sebelah mata, terutama oleh wanita.
Untuk bisa dikatakan jantan, beberapa pria di berbagai belahan dunia rela melakukan tradisi brutal ini. Mengapa dikatakan brutal? Karena tradisi ini sangat lah ekstrem dan menuntut keberanian yang besar. Berikut kami sajikan lima tradisi brutal yang dilakukan pria agar dicap jantan. Mari kita simak bersama!
Suku Karo di Ethiopia memiliki Tradisi Paling Brutal yang dilakukan oleh para pria untuk membuktikan kejantanan mereka. Peserta diminta untuk melompati seekor banteng yang mengamuk dengan mengenakan baju ulang tahunnya. Tidak peduli seberapa tua usianya, pria dewasa yang tidak mengikuti tradisi ini akan tetap dicap sebagai anak-anak. Itu tandanya dia dianggap belum pantas untuk menikah.
Namun, beberapa pria tetap melangsungkan pernikahan, tanpa terlebih dulu mengikuti ritual ini. Perlu diketahui bahwa menurut hukum Karo, bayi yang lahir sebelum ayah mereka berpartisipasi dalam ritual inisiasi ini dianggap anak haram, dan berdasarkan hukum Karo pula, anak haram tidak diperbolehkan untuk hidup. Anak itu diperbolehkan untuk hidup jika sang ayah telah menjalani ritual ini.
Suku Maasai mewajibkan anak laki-laki mereka untuk berburu singa, hanya dengan menggunakan tombak dan perisai. Di masa lalu, anak laki-laki diminta untuk berburu sendirian. Namun, karena populasi singa terus menurun, tradisi ini telah berubah, dan saat ini anak laki-laki dari suku Maasai diminta berburu dalam kelompok.
Berburu singa adalah aksi yang sangat berbahaya, dan karena itu memiliki unsur berbahaya, kegiatan ini dianggap cocok untuk ritual kejantanan bagi anak laki-laki suku Maasai. Ketika anak laki-laki suku Maasai berburu singa, mereka telah menunjukkan keberanian mereka. Namun, suku Maasai tidak berburu singa yang terluka atau lemah. Juga, mereka tidak berburu singa betina karena mereka diyakini sebagai pemberi kehidupan.
Suku Sepik di Papua Nugini menganggap buaya sebagai makhluk yang sangat suci. Mereka mengklaim memiliki hubungan spiritual dan budaya dengan reptil berbahaya ini. Oleh karenanya, suku Sepik mendorong para pemudanya untuk menyelesaikan ritual menyakitkan, yang dirancang untuk mengubah kulit tubuh mereka menjadi mirip dengan kulit buaya.
Dengan menggunakan pisau cukur, tetua suku akan menyayat kulit para pemuda. Proses menyakitkan ini menghasilkan pola indah yang sangat mirip dengan kulit buaya. Untuk melengkapi ritual tersebut, para tetua kemudian menaruh abu pada luka yang menganga. Setelah upacara selesai, para pemuda itu dinyatakan sebagai pria sejati.
Ritual kedewasaan Matis dari empat fase yang sangat menyakitkan. Pada tahap pertama, racun diteteskan pada mata pria muda. Suku Matis percaya bahwa hal tersebut akan membantu meningkatkan indera penglihatan anak laki-laki mereka. Tahap kedua dan ketiga melibatkan siksaan fisik, tubuh para pemuda akan dicambuk dan dipukuli berulang kali.
Pada tahap akhir, para pemuda disuntik dengan racun Kampo, yang diekstrak dari katak monyet. Kampo tidak bersifat halusinogenik, meskipun dapat menyebabkan respon psikologis yang ekstrem. Selain itu, racun ini juga dapat menyebabkan berbagai efek pada tubuh seperti muntah dan gerakan usus yang tak terkendali. Suku Matis sangat percaya bahwa Kampo mampu meningkatkan daya tahan dan kekuatan anak laki-laki mereka, dan membuat mereka menjadi pria sejati dan pemburu yang mahir.
Agar anak-anak laki-laki dari suku Unambal disebut pria sejati, mereka perlu menjalani siksaan fisik yang ekstrem. Para tetua suku akan memotong kulit dari berbagai bagian tubuh seorang anak laki-laki, termasuk pantat, dada, lengan, dan bahu. Kemudian, mereka akan menaruh pasir di atas luka yang belum mengering itu. Hal ini sengaja dilakukan agar luka dapat menghasilkan bekas luka yang indah, setelah itu telah benar-benar sembuh.
Suku Unambal juga mengharuskan anak laki-laki di sukunya untuk menjalani sunat. Namun, ritual itu tidak berakhir di sana. Setelah mereka memiliki jenggot, mereka diwajibkan untuk menjalani prosedur menyakitkan, di mana bagian bawah penis mereka dipotong terbuka dari dasar hingga ke lubang kencing. Suku Unambal percaya bahwa dengan melakukan ritual yang tampaknya menyiksa ini akan membuat penis mereka lebih menarik dan lebih ringan.
Nah, itulah 5 Tradisi Paling Brutal yang Dilakukan Pria Agar di Cap Jantan. Ritual ini kebanyakan hanya dilakukan oleh suku-suku pedalaman untuk menunjukkan eksistensi mereka di antara suku-suku yang lain.
sumber
Untuk bisa dikatakan jantan, beberapa pria di berbagai belahan dunia rela melakukan tradisi brutal ini. Mengapa dikatakan brutal? Karena tradisi ini sangat lah ekstrem dan menuntut keberanian yang besar. Berikut kami sajikan lima tradisi brutal yang dilakukan pria agar dicap jantan. Mari kita simak bersama!
1.Melompati Banteng
Suku Karo di Ethiopia memiliki Tradisi Paling Brutal yang dilakukan oleh para pria untuk membuktikan kejantanan mereka. Peserta diminta untuk melompati seekor banteng yang mengamuk dengan mengenakan baju ulang tahunnya. Tidak peduli seberapa tua usianya, pria dewasa yang tidak mengikuti tradisi ini akan tetap dicap sebagai anak-anak. Itu tandanya dia dianggap belum pantas untuk menikah.
Namun, beberapa pria tetap melangsungkan pernikahan, tanpa terlebih dulu mengikuti ritual ini. Perlu diketahui bahwa menurut hukum Karo, bayi yang lahir sebelum ayah mereka berpartisipasi dalam ritual inisiasi ini dianggap anak haram, dan berdasarkan hukum Karo pula, anak haram tidak diperbolehkan untuk hidup. Anak itu diperbolehkan untuk hidup jika sang ayah telah menjalani ritual ini.
2. Berburu Raja Hutan
Suku Maasai mewajibkan anak laki-laki mereka untuk berburu singa, hanya dengan menggunakan tombak dan perisai. Di masa lalu, anak laki-laki diminta untuk berburu sendirian. Namun, karena populasi singa terus menurun, tradisi ini telah berubah, dan saat ini anak laki-laki dari suku Maasai diminta berburu dalam kelompok.
Berburu singa adalah aksi yang sangat berbahaya, dan karena itu memiliki unsur berbahaya, kegiatan ini dianggap cocok untuk ritual kejantanan bagi anak laki-laki suku Maasai. Ketika anak laki-laki suku Maasai berburu singa, mereka telah menunjukkan keberanian mereka. Namun, suku Maasai tidak berburu singa yang terluka atau lemah. Juga, mereka tidak berburu singa betina karena mereka diyakini sebagai pemberi kehidupan.
3. Modifikasi Kulit
Suku Sepik di Papua Nugini menganggap buaya sebagai makhluk yang sangat suci. Mereka mengklaim memiliki hubungan spiritual dan budaya dengan reptil berbahaya ini. Oleh karenanya, suku Sepik mendorong para pemudanya untuk menyelesaikan ritual menyakitkan, yang dirancang untuk mengubah kulit tubuh mereka menjadi mirip dengan kulit buaya.
Dengan menggunakan pisau cukur, tetua suku akan menyayat kulit para pemuda. Proses menyakitkan ini menghasilkan pola indah yang sangat mirip dengan kulit buaya. Untuk melengkapi ritual tersebut, para tetua kemudian menaruh abu pada luka yang menganga. Setelah upacara selesai, para pemuda itu dinyatakan sebagai pria sejati.
4. Diberi Racun
Ritual kedewasaan Matis dari empat fase yang sangat menyakitkan. Pada tahap pertama, racun diteteskan pada mata pria muda. Suku Matis percaya bahwa hal tersebut akan membantu meningkatkan indera penglihatan anak laki-laki mereka. Tahap kedua dan ketiga melibatkan siksaan fisik, tubuh para pemuda akan dicambuk dan dipukuli berulang kali.
Pada tahap akhir, para pemuda disuntik dengan racun Kampo, yang diekstrak dari katak monyet. Kampo tidak bersifat halusinogenik, meskipun dapat menyebabkan respon psikologis yang ekstrem. Selain itu, racun ini juga dapat menyebabkan berbagai efek pada tubuh seperti muntah dan gerakan usus yang tak terkendali. Suku Matis sangat percaya bahwa Kampo mampu meningkatkan daya tahan dan kekuatan anak laki-laki mereka, dan membuat mereka menjadi pria sejati dan pemburu yang mahir.
5. Modifikasi Penis
Agar anak-anak laki-laki dari suku Unambal disebut pria sejati, mereka perlu menjalani siksaan fisik yang ekstrem. Para tetua suku akan memotong kulit dari berbagai bagian tubuh seorang anak laki-laki, termasuk pantat, dada, lengan, dan bahu. Kemudian, mereka akan menaruh pasir di atas luka yang belum mengering itu. Hal ini sengaja dilakukan agar luka dapat menghasilkan bekas luka yang indah, setelah itu telah benar-benar sembuh.
Suku Unambal juga mengharuskan anak laki-laki di sukunya untuk menjalani sunat. Namun, ritual itu tidak berakhir di sana. Setelah mereka memiliki jenggot, mereka diwajibkan untuk menjalani prosedur menyakitkan, di mana bagian bawah penis mereka dipotong terbuka dari dasar hingga ke lubang kencing. Suku Unambal percaya bahwa dengan melakukan ritual yang tampaknya menyiksa ini akan membuat penis mereka lebih menarik dan lebih ringan.
Nah, itulah 5 Tradisi Paling Brutal yang Dilakukan Pria Agar di Cap Jantan. Ritual ini kebanyakan hanya dilakukan oleh suku-suku pedalaman untuk menunjukkan eksistensi mereka di antara suku-suku yang lain.
sumber