Tuesday 24 June 2014

7 Makanan Kuliner Paling Kontroversi Di Dunia

7 Makanan Kuliner Paling Kontroversi Di Dunia - Kuliner telah jadi bagian dari wisata. Hampir setiap tempat kini punya makanan khas yang jadi daya tarik turis. Namun beberapa ternyata cukup kontroversial seperti sirip hiu atau daging gorila. Waduh!

Entah apa yang ada di pikiran para warga setempat sehingga menjadikan daging hewan-hewan tersebut dikonsumsi layaknya makanan normal. Ditengok dari CNN, Jumat (30/5/2014) inilah 7 Makanan Kuliner Paling Kontroversi Di Dunia yang bisa ditemui saat berwisata :

1. Burung ortolan, Prancis


Alangkah indahnya mendengar kicau burung di pagi hari. Namun apa jadinya jika populasinya terlalu banyak di suatu tempat. Alhasil dijadikan salah satu menu makanan. Ortolan terkenal sebagai burung yang kicauannya indah di seluruh Eropa.

Namun karena populasinya terlalu besar di Prancis, jadilah burung ini dijadikan salah satu menu makanan. Karena kecil, burung ini bisa dimakan seluruhnya, termasuk tulang-tulangnya. Namun mengkonsumsi burung ini ilegal karena bisa menghancurkan spesies mereka. Para penggiat konservasi tengah menyelamatkan populasi tersebut.

2. Sirip ikan hiu, China


Melihat sup sirip ikan hiu bukanlah hal yang aneh saat jalan-jalan ke China. Di sana, banyak sekali restoran yang menyajikan hal itu. Padahal, 1/4 populasi hiu sedang dalam bahaya karena hadirnya kuliner kontroversial tersebut.

Sayangnya, di sana, menu hewan hampir punah ini masih legal. Sehingga, mereka bisa dengan santai mengkonsumsi sup sirip hiu tersebut. Namun akhir-akhir ini, sudah banyak maskapai dan hotel di China yang menghapus menu tersebut di daftar makanan mereka.

3. Penyu hijau, Cayman Island


Saat jalan-jalan ke Cayman Island di Karibia, jangan heran jika melihat menu daging penyu hijau. Di tempat lain, penyu hijau adalah salah satu spesies laut yang dilindungi, sementara di sana, legal untuk dijadikan makanan.

Legal hukumnya menjadikan penyu hijau sebagai makanan yang bisa dikonsumsi, dan legal juga menjadikan mereka hewan ternak. Namun ilegal jika daging penyu tersebut diekspor atau dijual ke luar pulau tersebut. Meski begitu, ada baiknya untuk tidak turut mengkonsumsi makanan tersebut saat berkunjung ke sana.

4. Trenggiling, China


Siapa sangka hewan lucu yang satu ini juga jadi santapan manusia di China. Trenggiling ada di dalam salah satu menu kuliner jika Anda liburan ke China. Sayangnya, karena inilah populasi trenggiling di sana menurun drastis.

Kebanyakan, trenggiling dibuat sup dengan bentuk yang masih utuh. Agar tidak sulit mengupas kulitnya yang keras, para pemburu biasanya mengambil anak trenggiling yang masih kecil. Namun, saat ini sudah ilegal hukumnya untuk berburu hewan tersebut.

5. Katak raksasa, Republik Dominika


Katak mungkin sudah bukan hewan aneh lagi yang masuk dalam kuliner di banyak tempat, termasuk Indonesia. Namun, menjadikan katak raksasa sebagai salah satu kuliner merupakan hal yang kontroversial. Pasalnya, katak ini sudah hampir punah. Diperkirakan, jumlahnya tinggal 8.000 ekor saja di seluruh dunia.

Kini, Republik Dominika dan Montserrat saja yang masih menjadikan kodok langka ini sebagai menu biasa di tempat makan atau restoran. Tapi, usahakan untuk tidak perlu mencoba makanan tersebut saat melancong ke sana ya!

6. Gorila, Kongo


Hampir semua orang tahu bahwa gorila merupakan salah satu hewan yang hampir punah di dunia. Mengenaskannya, daging gorila asap masih banyak dijual di pasaran di Kongo. Meski sebenarnya, berburu mamalia yang satu itu merupakan tindakan ilegal di sana.

Tidak kurang dari 400 gorila mati karena hadirnya kuliner yang satu ini. Tak bisa dipungkiri, daging gorila asap adalah salah satu alasan mengapa gorila hampir punah di bumi ini. Masalahnya, gorila merupakan salah satu hewan yang tidak terlalu aktif bereproduksi.

7. Salamander raksasa, China


Satu lagi hewan kontroversial yang dijadikan makanan di China yaitu salamander raksasa. Hewan ini biasa hidup di danau dan sungai di China Selatan. Salamander jenis ini merupakan hewan amphibi paling besar di sana.

Mereka biasanya menjual satuan, sekitar Rp 1,2 juta per ekor untuk dijadikan makanan. Dengan kebiasaan mengkonsumsi seperti itu, populasi salamander raksasa turun drastis sebesar 80%. Alhasil, hewan tersebut masuk dalam daftar hewan hampir punah.

0 comments:

Post a Comment